Kerugian Dunia Akibat Kemunduran Umat Islam
- Oleh: Idris Parakkasi
- (Konsultan Ekonomi dan Bisnis Islam)
Ekbis Syariah. Kemunduran umat Islam telah membawa dampak negatif yang signifikan pada skala global, mencakup aspek ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Pada masa keemasan Islam, peradaban ini menjadi pusat kemajuan dan inovasi di berbagai bidang. Namun, seiring berjalannya waktu, kemunduran umat Islam telah mengakibatkan kerugian besar yang dirasakan oleh dunia secara keseluruhan., antara lain;
Pertama, Kemunduran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pada masa kejayaannya, dunia Islam adalah pusat ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi, yang dikenal sebagai bapak al-jabar, Ibnu Sina (Avicenna), yang karyanya “The Canon of Medicine” menjadi rujukan utama di Eropa selama berabad-abad, dan Al-Biruni, yang melakukan penelitian mendalam dalam bidang astronomi dan geografi, memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Kehadiran Baitul Hikmah di Baghdad sebagai pusat penerjemahan dan penelitian ilmu pengetahuan mempercepat transfer pengetahuan dari Timur Tengah ke Eropa. Namun, dengan kemunduran peradaban Islam, pusat-pusat ilmiah ini runtuh dan perkembangan ilmu pengetahuan mengalami stagnasi. Penghancuran Baghdad oleh Mongol pada tahun 1258 menandai awal dari kemunduran besar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia Islam. Dunia kehilangan banyak potensi inovasi dan penemuan yang seharusnya bisa mengubah sejarah dan mempercepat kemajuan manusia. Eropa, yang pada masa itu berada dalam kegelapan intelektual, kemudian mengambil alih peran sebagai pusat ilmu pengetahuan, yang seharusnya bisa dilanjutkan oleh dunia Islam. Kedua, Ketimpangan Ekonomi. Kemunduran ekonomi di negara-negara Muslim berdampak besar pada stabilitas ekonomi global. Pada masa keemasan Islam, kota-kota seperti Baghdad, Kairo, dan Cordoba adalah pusat perdagangan dan ekonomi yang maju. Jalur sutra yang menghubungkan Timur Tengah dengan Asia dan Eropa menjadi jalur utama perdagangan global. Namun, dengan jatuhnya kekhalifahan dan serangan-serangan dari luar, pusat-pusat ekonomi ini mengalami kemunduran drastis. Misalnya, penyerangan dan penghancuran Baghdad oleh Mongol tidak hanya menghancurkan infrastruktur fisik tetapi juga menghancurkan jaringan perdagangan yang telah terbangun selama berabad-abad.. Akibatnya, banyak negara Muslim yang terperosok dalam kemiskinan dan ketidakstabilan ekonomi. Ketimpangan ekonomi ini berdampak luas, mengakibatkan penurunan perdagangan global dan peningkatan angka kemiskinan di banyak negara. Negara-negara yang dulunya menjadi pusat kekayaan dan kemakmuran berubah menjadi daerah-daerah yang bergantung pada bantuan internasional dan menghadapi berbagai masalah ekonomi, termasuk pengangguran dan inflasi. Ketiga, Ketidakstabilan Sosial dan Politik. Kemunduran Islam juga membawa ketidakstabilan sosial dan politik. Konflik internal, perang saudara, dan intervensi asing menjadi lebih sering terjadi. Hal ini mengakibatkan banyak negara Muslim mengalami ketidakstabilan politik yang kronis. Misalnya, fragmentasi politik di dunia Islam setelah runtuhnya kekhalifahan Abbasiyah menyebabkan munculnya berbagai kerajaan dan dinasti yang saling bersaing, yang pada akhirnya melemahkan kesatuan umat Islam. Ketidakstabilan ini berdampak pada meningkatnya jumlah pengungsi dan migrasi, yang pada gilirannya mempengaruhi stabilitas global. Krisis pengungsi dari negara-negara seperti Suriah dan Irak tidak hanya mempengaruhi kawasan Timur Tengah tetapi juga Eropa dan sekitarnya. Gelombang pengungsi ini menimbulkan tantangan sosial dan ekonomi bagi negara-negara penerima, serta meningkatkan ketegangan politik di banyak wilayah. Keempat, Hilangnya Kepemimpinan Etis. Islam mengajarkan prinsip-prinsip moral dan etika yang kuat dalam kehidupan pribadi dan publik. Ketika umat Islam mengalami kemunduran, dunia kehilangan banyak pemimpin yang berlandaskan etika dan moral kuat, yang bisa memimpin dengan adil dan bijaksana. Dalam sejarah Islam, kita melihat contoh kepemimpinan yang adil dan bijaksana dari para khalifah seperti Umar bin Khattab dan Harun al-Rashid. Namun, seiring berjalannya waktu, kemunduran ini menyebabkan munculnya pemimpin-pemimpin yang korup dan tidak beretika. Hal ini berdampak pada meningkatnya korupsi, ketidakadilan, dan penyalahgunaan kekuasaan di berbagai belahan dunia. Pemimpin-pemimpin yang tidak berlandaskan pada prinsip-prinsip etika sering kali membawa kebijakan yang merugikan masyarakat luas dan memperparah ketidakadilan sosial. Kelima, Penyebaran Ideologi Ekstrem. Kemunduran dalam pendidikan dan pemahaman agama yang benar menyebabkan penyebaran ideologi ekstrem yang mengatasnamakan Islam. Ideologi-ideologi ini menciptakan konflik dan terorisme yang merusak citra Islam dan menimbulkan ketakutan serta ketidakstabilan global. Serangan terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ekstremis yang menyebabkan penderitaan bagi banyak orang dan merusak hubungan antara komunitas Muslim dan non-Muslim. Keenam, Kerusakan Budaya dan Warisan Kemunduran Islam juga berdampak pada kerusakan budaya dan warisan sejarah. Banyak situs bersejarah yang dulunya menjadi pusat peradaban Islam mengalami kerusakan atau diabaikan. Contohnya, penghancuran situs-situs bersejarah di Suriah dan Irak oleh kelompok ekstremis telah menghilangkan warisan budaya yang berharga. Generasi mendatang kehilangan kesempatan untuk belajar dan menghargai sejarah serta kontribusi peradaban Islam.
Untuk mengatasi kerugian ini, diperlukan usaha bersama dengan persatuan dari umat Muslim dan komunitas global untuk mengembalikan kejayaan dan kontribusi positif peradaban Islam. Pendidikan harus ditingkatkan untuk menciptakan generasi yang berpengetahuan dan beretika. Pembangunan ekonomi yang inklusif dan adil harus didorong untuk mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan. Promosi perdamaian dan toleransi harus menjadi prioritas untuk mengurangi konflik dan meningkatkan stabilitas global. Dengan demikian, umat Islam dapat kembali memberikan kontribusi besar bagi kemajuan dunia. Kembali ke ajaran Islam yang sejati, yang mengedepankan ilmu pengetahuan, keadilan, dan kemanusiaan, akan membuka jalan untuk mengatasi berbagai tantangan global dan membawa perdamaian serta kemakmuran bagi seluruh umat manusia. Wallahu ‘alam