Ekonomi Syariah

Sinergi Kebijakan BI untuk Dorong Ekonomi dan Keuangan Syariah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada 2025, ekonomi dan keuangan syariah (EKSyar) global diproyeksikan tetap tumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi negara OKI diperkirakan naik 4,1 persen (yoy). Faktor pendorongnya adalah reformasi regulasi keuangan syariah di negara non-core market. Penguatan industri juga terjadi lewat digitalisasi, inovasi produk, dan kebijakan hijau berkelanjutan.

Di Indonesia, kinerja ekonomi dan keuangan syariah terus menguat seiring  stabilnya ekonomi nasional. Sektor unggulan Halal Value Chain (HVC) mengalami pertumbuhan signifikan, terutama industri makanan-minuman halal, fesyen muslim, dan pariwisata ramah muslim (PRM), yang didukung oleh kinerja pertanian yang tetap positif. Pada tahun 2025 ini, seperti dikutip dari Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2024, ekonomi syariah di Indonesia diperkirakan tumbuh  pada kisaran 4,8–5,6 persen. Pertumbuhan ini ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang diproyeksikan meningkat 11–13 persen.

Kebijakan Moneter Syariah 2024: Menjaga Stabilitas, Mendorong Pertumbuhan

Sepanjang 2024, berbagai kebijakan strategis terus diperkuat Bank Indonesia (BI) untuk membangun ekosistem ekonomi dan keuangan syariah (EKsyar) yang lebih kokoh. BI berkolaborasi dengan pemangku kepentingan yang berfokus pada tiga pilar utama: pengembangan ekosistem produk halal, penguatan keuangan sosial syariah dan penerapan halal lifestyle dengan peningkatan literasi EKSyar, yang semakin diperkuat dengan peran aktif Indonesia di berbagai forum internasional.

Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan kebijakan ekonomi dan keuangan syariah untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.  Kebijakan moneter syariah yang terintegrasi dengan pendalaman pasar uang syariah difokuskan untuk menjaga stabilitas dan mendukung kecukupan likuiditas perbankan syariah dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Di sisi lain, kebijakan makroprudensial yang akomodatif tetap dijalankan, salah satunya melalui penguatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Langkah ini bertujuan untuk mendorong ekspansi pembiayaan perbankan syariah, serta pemberdayaan dan pengembangan pelaku usaha syariah tetap diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. ⁠

Arah kebijakan BI mendorong EKSyar di 2025

Pada 2025, Bank Indonesia semakin memperkuat peran ekonomi dan keuangan syariah  sebagai sumber pertumbuhan baru yang lebih inklusif, yang sejalan dengan visi besar dalam Asta Cita. Visi tersebut menempatkan ekonomi syariah sebagai instrumen penting dalam mendorong kemandirian bangsa.

Kebijakan ekonomi dan keuangan syariah BI pada 2025 disusun sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029, dan Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (MEKSI) 2025–2029, dengan fokus pada tiga pilar utama.

Pertama, penguatan ekosistem produk halal (Halal Value Chain/HVC) yang mencakup sektor makanan dan minuman halal, modest fashion, serta pariwisata ramah muslim (PRM). Pengembangan sektor unggulan HVC diikuti dengan penguatan dukungan jaminan produk halal dan ekspor halal sebagai bagian dari penguatan ekosistem industri halal.

Kedua, penguatan keuangan syariah melalui pengembangan instrumen Sukuk Bank Indonesia (SukBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), dilengkapi dengan upaya inovasi untuk mendukung pembiayaan syariah dan integrasinya dengan keuangan sosial syariah (blended finance)

Ketiga, penguatan literasi, inklusi, dan gaya hidup halal, yang diwujudkan melalui berbagai inisiatif strategis seperti Festival Ekonomi Syariah (FESyar) di tingkat regional, Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) berskala internasional, serta implementasi Strategi Nasional Literasi dan Inklusi Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (SNLIEKSI). Dengan pendekatan ekosistem yang komprehensif, Bank Indonesia optimistis EKSyar akan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

Selaras dengan upaya mendukung Asta Cita, berbagai program yang telah disiapkan Bank Indonesia tersebut diharapkan mampu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, serta mengembangkan industri kreatif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *