Ekonomi Ramadhan: Momentum Konsolidasi Umat dan Transformasi Ekonomi Syariah
- Aslichan Burhan
- Direktur Eksekutif Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil, PINBUK ICMI
Rajab telah tiba, menandai waktu yang semakin dekat dengan bulan suci Ramadhan. Selain momentum konsolidasi spiritual melalui ibadah puasa, tarawih berjamaah, dan perbanyak sedekah, Ramadhan juga menghadirkan dinamika ekonomi yang besar. Perputaran konsumsi meningkat, mulai dari kebutuhan pokok, alat ibadah, hingga pakaian baru. Di sisi lain, kewajiban berzakat dengan makanan pokok (beras) dan zakat mal menciptakan permintaan serentak yang berpotensi mendorong inflasi, hingga seorang Pimpinan Daerah terpilih pun sempat berkomentar bila boleh memilih, dilantik nya nanti setelah lebaran saja.
Saat ini, petani di Indonesia tengah memasuki musim tanam pertama. Program ekstensifikasi pangan melalui food estate di Papua, Kalimantan, dan Sumatera masih dalam tahap awal, dan kebijakan stop impor beras, gula, serta garam yang diumumkan oleh Menko Pangan Zulkifli Hasan pada Silaknas ICMI Desember 2024 lalu belum sepenuhnya teruji. Dalam situasi ini, tata niaga pangan yang adil akan sangat menentukan. Biasanya, petani yang membutuhkan modal telah menerima panjar dari tengkulak. Bagaimana mengatasi tantangan ini dengan solusi berbasis syariah dan memberdayakan?
Solusi Transformasi untuk Ketahanan Pangan dan Ekonomi Ramadhan
Beberapa solusi mikro yang dapat memperkuat ekosistem sosial-ekonomi umat dalam menyambut Ramadhan adalah:
1. Contract Farming dengan Akad Salam
Model pembiayaan ini memberikan kepastian bagi petani untuk mendapatkan modal tanam di muka dan memberikan kepastian ketersediaan beras dengan harga yang terukur bagi pasar yang dikendalikan pemerintah. Pemerintah, melalui BULOG atau BUMD seperti Food Station di Jakarta, dapat berperan sebagai offtaker pembeli yang menyepakati harga di awal musim tanam.
Namun, akan lebih memberdayakan bila dilakukan oleh koperasi konsumen, koperasi pegawai, koperasi karyawan, koperasi komunitas di perkotaan, yang bekerja sama dengan koperasi petani di pedesaan. Dukungan pemerintah diperlukan melalui kebijakan program, penjaminan dan pendanaan yang dapat mengoptimalkan peran BLU/BLUD seperti LPDB, PIP, dan BPDLH.
Konsep ini akan mendorong:
- Stabilitas harga beras, dengan cadangan pangan yang terjamin.
- Keberlanjutan pendanaan petani, tanpa jeratan tengkulak.
- Pemberdayaan koperasi di seluruh rantai pasok pangan, dari hulu ke hilir.
2. Pemberdayaan UPZ Masjid, Pesantren, dan Komunitas untuk Distribusi Zakat yang Efektif
Bayangkan jika setiap masjid, pesantren, kantor, perusahaan, kampus, dan sekolah memiliki minimal tiga orang pengelola UPZ yang terlatih, dengan dukungan aplikasi digital “Bank Sedekah” berbasis data mustahik dan muzakki. Program kerja yang terstruktur dan berbasis teknologi akan menghindarkan redundansi dan pemborosan (mubazir) yang dilarang dalam Islam.
Langkah ini mencakup:
- Pelatihan pengelolaan zakat, infaq, dan sedekah berbasis syariah dan teknologi.
- Sinergi antara koperasi konsumen di perkotaan dan koperasi petani, dengan model kontrak jual-beli (akad salam) untuk mengoptimalkan distribusi pangan zakat.
3. Inkubasi Bisnis Ramadhan Berbasis Masjid
Masjid bisa menjadi pusat inkubasi bisnis bagi wirausahawan kecil selama Ramadhan. Dengan memanfaatkan ruang masjid untuk pelatihan dan penyediaan akses modal berbasis qardhul hasan, kegiatan ekonomi lokal dapat tumbuh signifikan.
Program ini dapat mencakup:
- Pelatihan pemasaran digital dan manajemen usaha kecil.
- Program pre-order berbasis akad salam, yang menghubungkan pelaku usaha dengan koperasi petani untuk menjaga keberlanjutan stok pangan selama Ramadhan.
4. E-commerce Syariah untuk Komoditas Halal
- Konsumsi meningkat di bulan Ramadhan, dan ini adalah peluang untuk menguatkan e-commerce syariah. PINBUK ICMI dapat memfasilitasi platform berbasis koperasi untuk memasarkan produk-produk halal, seperti paket berbuka puasa, pakaian muslim, dan alat ibadah, dengan fitur pembayaran zakat dan donasi terintegrasi.
- Penguatan Big Data untuk Distribusi Zakat yang Tepat Sasaran
- Distribusi zakat berbasis big data memungkinkan setiap UPZ mencatat profil penerima zakat dan mendistribusikannya secara efektif. Sistem ini mendukung monitoring dan evaluasi berbasis dampak. BAZNAS dan jaringan LAZ dapat memimpin pengembangan aplikasi ini, dengan PINBUK ICMI sebagai mitra pengembangan SDM dan infrastruktur digital.
Transformasi Jangka Panjang: Ramadhan untuk Ketahanan dan Kemandirian Ekonomi Umat
Ramadhan bukan hanya waktu untuk konsumsi dan distribusi zakat, tetapi juga momen untuk memperkenalkan ekonomi berkelanjutan (green economy). Masjid-masjid besar dapat memimpin gerakan Ramadhan Hijau, dengan inisiatif seperti:
- Menggunakan space lahan masjid dan/atau jamaah masjid sebagai pekarangan pangan bergizi, dan bisa menggunakan sistem green house dan titip tanaman produktif kepada jamaah untuk mengefektifkan nya.
- Mempelopori dan mempromosikan kemasan ramah lingkungan di lingkungan masjid.
- Mendorong penggunaan panel surya di masjid, dengan hasil wakaf energi dialokasikan untuk program sosial.
- Selain itu, literasi ekonomi dan keuangan syariah perlu ditanamkan sejak dini di masjid, sekolah dan kampus untuk mencegah maraknya pinjaman online. Program edukasi keuangan syariah yang menjelaskan konsep qardhul hasan, jual beli, syirkah, ijarah dan bahaya riba harus menjadi bagian dari ekosistem pendidikan Ramadhan.
Penutup
Ekonomi Ramadhan adalah peluang besar untuk memperkuat tata kelola sosial-ekonomi umat. Kolaborasi koperasi, masjid, pesantren, dan lembaga zakat dengan dukungan pemerintah dan BLU/BLUD akan memperkuat ketahanan pangan, stabilitas harga, dan kesejahteraan petani. Dengan semangat sinergi, kita dapat menghadirkan Ramadhan yang penuh berkah, di mana ibadah dan pemberdayaan berjalan seiring, menuju kemandirian ekonomi umat yang berkelanjutan.
Bagaimana pendapat panjenengan?